Matamu.NET – Di era modern ini, Membeli saham dari emiten di pasar modal bisa jadi sama mudahnya jajankerupuk di pasar. Namun tidak demikian dengan investasi di saham. Ada panduan dan cara membeli saham yang yang harus dipatahui. Terutama bagi para pemula yang ingin mencoba terjun di dunia investasi saham.
Daftar Isi
A. Investasi di Saham
Jika anda sudah pernah terbersit fikiran atau sedang dalam upaya melakukan investasi di pasar modal. Maka anda sudah satu langkah lebih dekat menjadi orang kaya. Yah jika tidak percaya coba saja cek 10 orang terkaya di dunia. 9 dari 10 diantaranya pasti pemegang saham perusahaan, bukan pemilik perusahaan.
Tidak percaya, berikut ini 10 daftar orang terkaya di seluruh dunia tahun 2022 versi Forbes dan kegiatan usahanya
- Elon Musk (US$ 300 Milliar)
- Jeff Bezos (US$ 219 Milliar)
- Bernard Aranult (US$ 158 Milliar)
- Bill Gates (US$ 129 Milliar)
- Warren Buffett (US$ 118 Milliar)
- Larry Page (US$ 111 Milliar)
- Sergey Brin (US$ 106 Milliar)
- Larry Ellison (US$ 106 Milliar)
- Steve Ballmerr (US$ 91,4 Milliar)
- Mukes Ambani (US$ 90,7 Milliar)
Dari semua daftar tersebut hanya Muke Ambani yang kaya karena warisan dari keluarganya dalam bentuk perusahaan yang menggurita. 9 Diantaranya adalah pemegang saham terbesar di perusahaan, malah Warren Buffett hanya bekerja sebagai investor tanpa perusahaan tapi mampu meraih posisi 5.
Jadi jika anda berniat menjadi investor atau investasi di pasar modal maka anda sudah berada di jalan yang tepat.
Hanya saja, anda harus memilih perusahaan apa saja yang punya prospek pertumbuhan yang tinggi sehingga bisa dijadikan tempat investasi. Karena kalu salah memilih perusahaan, bukannya untuk uang anda akan berkurang karena performa perusahaan yang kurang baik.
Mengapa harus di pasar modal?
Tidak harus sih di pasar modal, namun jika diminta menjawab pertanyaan ini maka jawabannya ada dua tadi yakni 9 dari 10 orang terkaya di dunia adalah pemilik saham perusahaan besar. Alasan e dua perusahaan yang sudah go publik itu lebih jujur dalam membuat laporan keuangan dan lebih mudah di miliki karena kita bisa membeli pada satuan yang sangat kecil.
Misalnya saja beberapa perusahaan go Publik di Indonesia itu dijual dengan harga Rp. 50 rupiah 1 lembar sehingga uang sebanyak Rp. 50.000 sudah bisa digunakan untuk membeli Perusahaan PP Pro, BUMN yang bergerak di bidang properti. Senilai dengan dua cangkir kopilah kalau kalian nongkrong di cafe.
Kalau ada uang berlebih kamu bisa mengeluarkan uang sebesar 800-ribuan untuk membeli 100 lembar saham dari emiten Bank BCA. Jadi status kamu naik tingkat dari nasabah BCA menjadi Pemilik bank BCA, meskipun hanya 1 Lot.
Bukannya Trading itu resikonya besar?
Baiklah, nama baik Trader dan Trading sebenarnya tercoreng karena kelakuan laknat dua orang judi binary berkedok trading yang sudah kepalang terkenal. Dua orang tersebut adalah Dony Salmanan dan Indra Kenz.
Yang dua orang ini berhasil membuat orang lain percata bahwa Binary Option dan sejenisnya masuk kategori trading hanya kerena diminta menebak apakah harga sebuah komiditas (saham, Cryipto, emas, dll) bakalan naik dalam waktu singkat atau tidak.
Terlepas dari semua itu, sebenarnya saham dan trading adalah dua hal yang sangat berbeda. Saham adalah bukti kepemilikan seseorang atas sebahagian perusahaan sedangkan trading adalah aktivitas jual beli. Di pasar modal, aktifitas trading terbagi ke dalam empat jenis yakni
- Scalping (Beli saham untuk dijual dalam waktu singkat. bisanya dalam waktu beberapa menit saja)
- Day Trading (Beli saham untuk dijual dalam orde beberapa jam)
- Swing (Belu saham untuk dijual dalam beberapa hari atau pekan)
- Investasi (Beli saham untuk disimpan dalam jangka waktu lama)
Jadi kalau niatnya Investasi yah resiko cukup kecil sih apalagi jika sudah membeli emiten dari kelompok Blue-Chip Stock. Nah kalau masih penasarn sebaiknya baca artikel berikut Perbedaan Trading dan Investasi.
B. Cara Membeli Saham
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, jika saat ini membeli saham itu sangatlah mudah bahkan semudah membeli makanan di applikasi online. Namun yang dimaksud itu dari sisi tehnis yakni cara agam saham bisa terbeli, namun dalam membeli saham yang potensi profitnya besar itu beda lagi.
Membeli saham dari sisi tehnis caranya cukup mudah yakni hanya dengan 4 langkah, tergantung dari administrasi perusahaan Sekuritasnya. Karena saya menggunakan sekuritas mandiri dengan aplikasi MOST maka saya akan jelas tehnis mendaftarnya di MOST saja.
- Siapkan KTP dan rekening Bank Mandiri (Bank Lain juga bisa namun ribet proses penarikan dan setor uang di rekening efek)
- Daftar Akun Sekuritas dan Pembuatan rekening Efek di most.co.id.
- Tunggu beberapa hari sampai disetujui, lalu masukkan Deposit Dana Awal di Rekening Efek (Caranya seperti tranfer uang biasa, paling enak pakai Aplikasi Livin Mandiri)
- Pilih saham yang ingin diminati, lalu beli dengan harga pasar (ditawar juga boleh, asal ada yang menjual di harga yang ditawarkan)
Setelah itu tunggu beberapa saat sampai ada pemberitahuan. Jadi deh.
Oh iya saya bukan Agen Bank Mandiri, cuman kebetulan punya MOST jadi saya berbagai pengalaman saja. Harusnya Bank Mandiri bayar saya sih, karena sudah mengendorsnya.
Selain memiliki saham di Pasar Modal Indonesia (Sebut saja BEI) saya sendiri juga memiliki beberapa emiten saham di pasar modal Amerika. Cara belinya juga menggunakan Aplikasi Online yakni GoTrade di Android.
Langkahnya pun cukup mudah yakni :
- Siapkan ID Card (Bisa SIM, tapi sebaiknya KTP) dan Smartphone
- Donwload Aplikasi Gotrade
- Masukkan Code Referal 493689 (Biar anda dan saya sama-sama dapat bonus 2$ kalau pakai Referal ini)
- Top UP Dana lewat Payment Gate Way Doku Merchat di Mobile Banking anda (Saat ini cuman tersedia untuk BCA, BRI, BNI, Mandiri dan DANA)
- Pilih saham yang ingin di beli, lalu bayar.
Setelah itu tungguh sampai ada konfirmasi jika anda sudah membelinya. Nah cara Membelinya paling tidak sesederhana itu. Sampai tidak perlu keluar rumah, kecuali di dalam rumah anda sinyalnya jelek.
Memilih Saham
Masalah utama dalam Investasi di pasar Modal sebenya bukan pada sisi tehnisnya tapi dari sisi startegi Investasinya terutama dalam hal memilih emiten tempat berinvestasi. Namun secara singkat ada 4 hal yang harus di pertimbangkan.
- Pilih Emiten Blue-Chip karena perusahaan ini sudah cenderung stabil dan terus berkembang
- Pilih emiten dengan harga saham lebih di bawah dari total aset dan underlying bisnisnya
- Jika kamu berharap penghasilan pasif, pilih saham yang membagikan deviden
- Saham dari perusahaan yang baru perkembang atau masuk dalam daftar listing memiliki potensi tumbuh yang besar namun resiko harga saham terjun bebas juga besar.
1. Emiten Blue-Chip
Emiten Blue-Chip adalah saham dari perusahaan yang sudah masuk daftar listing dalam waktu yang lama. Selain lama emiten Blue-Chip yang di maksud adalah perusahaan yang memiliki trend pertumbuhan yang stabil dan tidak fluktuatif.
Saham Blue-chip juga ditandai dengan kondisi keuangan yang stabil dan indikator sederhana nya adalah valuasi total aset lebih besar dari total pinjamannya. Hal ini disebut Debt-to-equity ratio. Ada empat indikator lain sih tapi bagi pemula kita kenalkan dulu yang paling sederhana dan paling dekat kehidupan sehari-hari.
Biasanya saham-saham ini berasal dari perusahaan yang produknya terus dipakai dan berkembang. Misalnya saja saham dari perusahaan tenologi seperti Apple, Microsoft, dan Google. Untuk Indonesia sendiri ada saham Bank Central Asia, Bank Mandiri, Ekadharma Internasional, Sidomuncul, dan sebagaimnya.
Mari kita misalkan saja pada tahun 2017 kita menginvestasikan uang 1 juta rupiah perusahaan Apple maka pada tahun 2022 maka saham tersebut saat ini sudah bernilai 3,24 juta rupiah. Jika di gunakan untuk membeli BBCA maka saham tersebut saat ini sudah senilai sekitar 2,1 juta rupiah.
Apakah trend ini akan terus bertahan?
Tidak ada jaminan sih, karena tidak akan ada pernah bisa menebak masa depan, termasuk Warren Buffett sekalipun. Tapi trend lima tahun tidak muncul dengan sendirinya. Trend tersebut adalah kinerja perusahaan yang terjaga sehingga bisa jadi jaminan terbatas bagi investor untuk membeli saham di perusahaan.
2. Dividen Aristocrat
Kita sebut saja perusahaan Dividen Aristocrat sebagai perusahaan Royal. Yah Royal dalam hal ini sangat murah hati dalam hal berbagi keuntungan. Perusahaan dari kelompok ini akan berbagi dividen bagi para investor dan jumlah dividen tergantung dari rapat pemegang saham.
Mungkin kita sudah kenal Sandiaga Uno. Yah pengusahan muda ini adalah pemegang sahamn mayoritas di Saratoga perusahaan Funding yang juga memiliki saham besar di Adaro. Tahun 2022 ini saja Sandiaga Uno mendapatkan Dividen dari Saratoga dari jumlah saham yang ia miliki sebesar 175 milliar Rupiah.
Bagaimana Cara menghitung Dividen tersebut?
Misalnya saja Coca-Cola terkenal baik hati berbagai dividen sampai 3% setahun dengan demikian seorang pemegang saham senilai 10 juta rupiah di saham Coca Cola akan mendapatkan uang sebesar 300.000 rupiah dalam setahun.
Lah kan masih lebih banyak dari Deposito yang memberikan bunga (interest) hingga 8% atau 1.000.000 rupiah?
Yah memang benar dalam kasus ini kalau saham Coca Cola tidak mengalami kenaikan harga (Gain Capital). Kita misalkan menabung di awal tahun 2021 sebesar 10 juta dan pada tahun 2022, nilai sahamnya naik 16,45 %
Nah dari grafik ini berarti uang anda di cocla sudah tidak 10 juta lagi tapi sudah 11,646 juta rupiah karena gain capital. Ditambah dividen tadi 300.000 rupiah.
Sekarang mana yang lebih menguntungkan?