Matamu.NET – Kalau pertanyaannya apakah lulusan S2 susuah cari kerja, sepertinya jawabannya tidak deh. Pasti sangat mudah untuk cari kerja, yang susah mungkin mendapatkan pekerjaan.
Tapi mari kita fokus kepertanyaannya saja karena pasti pertanyaan ini sebenarnya ingin menanyakan apakah lulusan magister sulit di terima kerja. Mengingat ada rumor mengatakan bahwa lulusan S2 harusnya di gaji lebih tinggi dari lulusan S1, jadi perusahaan akan lebih prefer mempekerjakan lulusan S1.
Mari kita mencoba menjawab pertanyaan ini dari beberapa sudut pandang. Misalnya target anda bekerja di Instansi Pemerintah sebagai ASN atau kerja di perusahaan sebagai tenaga porfesional.
Daftar Isi
S2 Kerja Sebagai ASN
Mari kita jawab dulu yang pertama yakni lulusan S2 dan peluang kerja sebagai ASN. Menjadi Aparatur Sipil Negara baik itu PNS dan PPPK bisa dibilang mudah-mudah sulit. Mudahnya karena tes dasar nya sama sekali tidak ada hubungannya dengan disiplin ilmu anda karena tesnya cuman Tes Wawasan Kebangsaan, Tes Intelejensi Umum, dan Tes Karakteristik Kepribadian.
Nah karena tidak ada hubungannya dengan bidang ilmu, kamu yang waktu S2 main-main saja tapi tiba-tiba lulus dan dapat gelar S2 harusnya bisa bernafas lega karena tesnya tidak ada hubungan S2 kamu. Baru setelah lulus Tes Kompetensi Dasar (TKD), kamu ujian Seleksi Kompetensi Bidan (SKB). Di posisi SKB kamu cukup bersaing dengan sedikit orang jadi peluang lulusnya lebih besar.
Nah kans S2 sendiri di Formasi CPNS sangat besar karena pemerintah melalui merit sistem saat ini lebih mengutamakan mereka yang memiliki kompetensi spesial sebagai CPNS sedangkan yang kompetensi belum spesial lebih banyak ditempatkan sebagai PPPK.
Hanya saja, Pemerintah sangat detail dalam membuka formasi penerimaan CPNS. Hal yang pertama yang harus kamu lalui adalah Ijazah kamu harus spesifik dan fit dengan kebutuhan.
Misalnya saja jika yang dibutuhkan seorang Magister Pendidikan Fisika dengan titel MPD. Maka kamu yang bukan dari Prodi tersebut pasti akan gagal seleksi berkas sekalipun mata kuliahmu banyak beririsan dengan Magister Pendidikan Fisika, misalnya Magister Pendidikan Sains, Magister Pendidikan IPA, Magister Pendidikan, Magister Fisika, Magister Teknik Fisika, Magister Pembelajaran Fisika, dan sejenisnya.
Pada intinya jika apa yang disebutkan di Ijazah kamu berbeda dengan yang dipersyaratkan maka kamu akan sulit untuk lolos berkas.
Selanjutnya, formasi yang di ajukan pemerintah itu sangat sedikit dan sesuai kebutuhan Pegawai. Padahal usia kerja PNS itu sangatlah panjang jadi pembukaan lowongan pekerjaan bisanya hanya butuh 1 sampai 3 orang saja. Padahal perdaftarnya ini bisa sampai ribuan. Jadi kamu harus bersaing dengan ratusan bahkan ribuan untuk memperebutkan 1 kursi.
Jadi bisa di perhitungkan sendiri rasio dan potensi lulus di formasi ASN.
S2 Kerja di Perusahaan
Agak sulit juga menajwab pertanyaan yang satu ini. Bingung mau mulai dari mana, karena ada banyak aspek dan pertimbangan mengapa seorang HRD menyatakan seorang pelamar lulus. Termasuk keterampilan, upah, efektifitas dan efisiensi perusahaan.
Tapi mari kita bagi dua dulu kebutuhan karyawan sebuah perusahaan. Pembagian di lakukan secara umum saja.
Kebutuhan karyawan sebuah eprusahaan terbagi atas dua jenis yakni tenaga Spesialis dan Generalis. Seorang HRD akan mempertimbangkan fit tidak kamu dengan pekerjaan ini.
Pendeknya, itu seperti ini
Spesialis itu adalah tenaga kerja yang memiliki kemapuan spesifik dan butuh pendidikan dan pelatihan khusus untuk mendapatkan komptensi tersebut. Contohnya seperti Psikolog, Analis Kimia, Analisi Kimia, Tehnis, Arsitecktur, dan sejenisnya.
yang kedua adalah Generalis yakni tenaga kerja yang pekerjaanya tidak membutuhkan pelatihan spesifik dan khusus. Umumnya sih di butuhkan dalam jumlah banyak karena volume pekerjaan yang besar seperti Akunting, Hukum, Humas, Administrator, Publics Relation dan sejenisnya.
Malah beberapa perusahaan memilih memperkerjakan Generalis lulusan SMK dan Diploma yang diangap mendapatkan pelatihan dasar mengenai kebutuhan umum perusahaan.
Pertimbangannya tentu saja Salary mereka yang lebib bisa ditawar dibandingkan dengan lulusan S2. Yah memang tidak ada aturan tertulis sih mengenai S2 harus di gaji lebih tinggi.
Jadi S2 hanya dibutuhkan untuk mengatasi masalah perusahaan yang sifatnya khusus alias jadi Spesialis?
Bisa jadi seperti itu, bisa jadi juga tidak. Spesialis atau tidak seseorang di dunia profesional tidak hanya berasal dari dunia pendidikan formal. Kurikulum yang didapatkan lulusan S2 biasanya terlalu umum atau malah terlalu spesifik yang terkadang tidak match dengan dunia kerja.
Penyebabnya bisa beragam, mulai dari kampusnya yang ogah-ogahan defeloping kurikulum atau takut akreditasi-nya rendah jika tidak buka program S2 dan banyak alumni yang DO karena tidak cakap.
Memang tidak semua perguruan tinggi seperti ini, tapi sudah jadi rahasia umum jika ada banyak program S2 yang extended yang kuliahnya cuman sabtu-minggu dan beban kuliahnya di buat rendah supaya banyak yang tertarik kuliah di PT X misalnya.
Parahnya lagi banyak Alumnis S2 dan S3 yang malah tidak pernah liat kampus mereka sampai mereka mendapatkan gelar. Kasus ini bahkan terjadi di Universitas Negeri. Program S2 By Research yang kadang riset nya dak nyambung dengan kebutuhan kerja juga banyak.
Nah sekarang jika ada Spesialis yang di butuhkan perusahaan. Maka seorang HRD pasti akan mempertimbangkan hal ini. Apakah ijazah S2 orang yang mereka wawancarai benar-benar mencerminkan kompetensi mereka atau tidak. Resikonya sangat besar.
Hal ini membuat perusahaan lebih percaya dengan sistem Head Hunter dimana perusahaan akan mengejar orang-orang yang sudah memiliki pengalaman kerja di bidang yang mereka butuhkan. Kompetensi karyawan hasil Head Hunter biasanya hampir 100% match dengan kebutuhan kerja di bandingkan dengan pemegang ijazah S2.
Lagi-lagi ini tidak berlaku secara umum.
Hanya saja kesimpulannya, Pengalaman Kerja 2 sampai 3 tahun lebih di sukai perusahan dan HRD di bandingkan dengan Kuliah 2 sampai 3 tahun di program Pasca Sarjana.
Coba saja bukan di laman karir Google di careers.google.com
Nah dari pengumuman di atas, menunjukkan Google membuthkan seirang Analis Keuangan untuk Digital Transaksi. Pekerjaan ini butuh skill spesifik, tapi google hanya mensyaratkan lulusa S1 di bidang tehnik, Komputer Sains, Matematika, Ekonomi, dan Akuntansi.
Perhatikan kata or. Or ini menunjukkan bahwa orang yang sudah memiliki pengalaman malah tidak perlu mempertimbangkan ijazah S1.
Syarat berikutnya di perketat dengan memiliki pengalaman selama 7 tahun di bidang yang di maksud. Jadi sama sekali tidak ada kata di butuhkan Spesialist atau Lulusa S2 di bidang ini. Kebanyakan lowongan pekerjaan di perusahaan profesional itu seperti ini.
Jadi saya tidak perlu lanjut S2?
Tidak juga sih, karena masih ada kok perusahaan yang suka dengan alumni S2. Lanjut S2 itu sah-sah saja dan tidak ada salahnya tapi ada 3 hal yang harus kamu pertimbangkan matang-matang sebelum lanjutnya yakni
- Tujuan
- Waktu
- Karir
Fenomena di lapangan justru banyak perusahaan yang menganggap lulusan S2 itu setara dengan lulusan S1. Bukan dari segi keilmuwannya sih tapi dari segi Working Skill yang sama-sama di anggap Fresh-Grade yang minim dalam pengalaman dan skill kerja.
Jika dua orang ini saling bersaing di lapangan dan memang lapangan pekerjaan tidak butuh Skill sepesifik terkadang perusahaan lebih prefer ke lulusan S1 dengan pertimbangan harga dan jabatan. Apalagi lulusan S2 biasanya identik dengan gaji tinggi.
Kira-kira ada lulusan S2 yang mau di bayar dengan gaji UMR atau malah di bawah UMR?
Ada, honorer!!!!
Wah kita tidak membahas masalah ini, mereka terlalu sensitif dan gampang tersinggung.
Tapi wajar sih lulusan S2 meminta privilege lebih tapi pertimbangan Zero Expereince tadi itu yang bikin perusahaan terlalu banyak mengambil resiko dan membebani keuangan untuk menerima lulusan S2.
Tapi teman-teman saya lulusan S2 langsung dapat kerja di perusahaan kok!!!
Yah kan tadi saya bilang, keismpulan ini tidak bisa di generalisasikan. Tapi coba deh cek Portofolio teman-teman kamu yang setelah lulus S2 langsung dapat pekerjaan.
Saya yakin kalau mereka diterima kerja di tunjang faktor Portofolio yang kuat dan amazing. Yang kita bahas adalah lulusan S2-nya saja bukan Individunya.