Matamu.NET – Kali ini saya ingin berbagi cerita setelah seminggu membeli Laptop terbaru dari Apple, Macbook Pro 13″ M1 2020. Sebelumnya, saya adalah pengguna Macbook Pro 13″ keluaran Mid 2012 yang dibeli tahun 2015 silam.
Setelah digunakan kurang lebih 6 tahun, Laptop tersebut mengalami Gangguan Over Heating, terutama sejak ganti OS ke Mojave. Hasilnya layarnya mati total dan harus ganti layar. Setelah ganti layar di tukang Service dekat rumah, Akhirnya bisa menyala, namuan namanya juga Layar IPS KW, meskipun harganya sampai 2 jutaan lebih, warna yang dikeluarkan tidaklah secemerlang warna aslinya.
Parahnya lagi, Hue warnanya bergeser, jadi warna biru yang terlihat di layar IPS KW nya tidaklah biru. Selain itu mata jadi lebih perih jika bekerja lama dengan Laptop tersebut.
Oh iya buat kalian yang baru pnya niat membeli Laptop Macbook, ini sekedar informasi saja biar tidak bingung. Apple menaruh informasi tahun pembuatan setiap Laptop mereka yang tidak bisa dihilangkan. Misalnay Laptop Edisi tahun 2012, itu artinya pertama kali dibuat tahun 2012, jadi ada kemungkinan dibelinya tidak tahun 2012, mungkin tahun 2015 seperti saya.
Daftar Isi
Harga dan SPEK Macbook Pro 2020
Jadi saya membeli laptop ini kira-kira kamis 8 April 2020 di M3 Gallery, salah satu distributor remis Apple di Indonesia, selain IBox.
Sebelum berangkat ke sana sih, sebenarnya saya sudah diskusi dengan teman-teman penggunan Apple dan juga melihat beberapa Review tentang Macbook Pro M1 ini, tapi reviewnya terlalu Normatif, hanya menonjolkan sisi unggulnya saja.
Saya sendiri kepikiran sebenarnya kok, bisa Apple memilih untuk mengembangkan Prosesor M1 dan menggeser posisi Porsesor Intel dan GPU Intel Hd yang selama ini setia menemai Mac di setiap Edisi, Sejak edisi 2009, 2010, 2011, 2012, 2014, 2015, 2017, 2019 bahkan sampai eraly 2020 itu Mac masih menggunakan prosesor Intel Core I5 1,4 GHz 6 Core loh.
Keunikan pertama yang bisa ditemukan di M1 ini adalah Proses CPU dan GPU dikelolah oleh satu Chip Set yakni Chip Set M1. Nah menurut pandangan awam saya sih, logika sederhana, kalau ada satu chip set yang mengelola dua pekerjaan, pasti kerjanya semakin berat. Semakin berat pekerjaannya, semakin tinggi suhunya.
Hal ini jadi pertimbangan mengepa di setiap perdebatan mengenai Macbook Pro M1 dan Macbook Pro Intel, saya selalu ada di pihak Intel, sedangkan teman saya yang Fanboy-nya Apple selau berada di sisi M1, dengan alasan
Apple tidak mungkin melakukan perubahan drastis tanpa ada pertimbangan yang matang. Selama ini semua perubahan yang dibawa selalu mengingkatkan User Experience selama menggunakan Apple.
Benar juga sih, Selama ini Updating Mac OS dan perangkat Os selalu meningkatkan kenyamanan pengguna, kecuali dua hal. Keryboard di Macbook tahun 2017, 2019 dan Mac OS Mojave. Gak mau deh komentar terlalu banyak. soalnya saya juga masih pengguna Mac OS garis berat,
Sebagai perbandingan berikut ini perbedaan speksifikasi fisis dari dua versi Macbook ini.
M1 Processor (Dual Port) | Intel Processor (Dual Port) | |
CPU | 1,1 GHz (8 Core) | 1,4 GHz (6 Core) |
GPU | Tanpa Keterangan | 1500 GB Intel HD |
RAM | 8 GB 2133 Hz | 8 GB 2133 Hz |
Storage | 256 GB | 256 GB |
Layar | IPS 2560 x 1600 | IPS 2560 x 1600 |
Harga | Rp. 21.499.000 | Rp. 19.999.000 |
Nah pada awalnya sih saya jalan dari rumah menuju Me Gallery ini tujuan membeli Macbook dengan Processor Intel, tapi entah mengapa kalimat simpel dari Salesnya membuat saya membeli Versi M1.
Pak, Versi M1 itu jauh lebih cepat dibanidngkan dengan Intel Pak, lagian ini generasi teranyar dan beda harganya cuman beda 1,5 juta loh pak.
Memang sebelumnya saya sempat baca review Apple dan Intel “saling serang” mengenai siapa yang lebih cepat dan Appel dengan bangganya menunjukkan kinerja M1 mereka jauh lebih cept dibandingkan produk sekelas dengan intel, selain itu Apple menklaim M1 jauh lebih hemat energy dibanidng processor keluaran intel.
Dan jadih deh saya boyong Macbook Pro M1 13 Inci tahun 2020 pulang ke rumah. Dijalana itu memang ada sedikit penyesalan sih, membeli barang yang tidak sesuai dengan tujuan utama ketika meninggalkan dari rumah. Tapi Veris Update itu selalu lebih unggul dari sebelumnya, mungkin cukup baik untuk menutupi kegembiraan hatiku.
Judge it By Its Cover!!!
Memang sih ada pepatan meangatakan jika Don’t Judge Book by It Cover!, Tapi kali ini saya tidak setuju kalau ditrepkan ke Gadget, Cover dari Gadget itu adalah bagian penting dari Pengalaman Penggunaannnya (User Experience).
Tampilan yang baik itu akan membuat nyaman selama menggunakannya. Seperti pada seri-seri Macbook sebelumnya. Desain dan pemilihan bahan dari Apple memang tidak pernah mengecewakan.
Logam yang digunakan memiliki teksture yang nyaman dikulit, selain itu deisan kompak dan minimalis membuat mata benar-benar hanya tertuju pada layar. Hal ini membuat rasa pada saat bekerja semakin nyaman.
Pokoknya kalau berbicara mengenai tampilan dari Macbook itu, Versi M1 ini sudah meneruskan kebiasan leluhurnya, selalu menawan dan elegan.
Keyboard yang Nyaman
Sebagai seorang Blogger yang tidak terkenal (infamous Blogger) atau sebut saja Blogger wanna be, tentu saja saya akan banyak bekerja menggunakan Keyboard dan Mouse, jadi unsur ini sangat penting untuk dipertimbangkan saat membeli Laptop baru.
Macbook peernah melakukan Blunder dengan papan ketik tipe Butterfly di Macbook seri-seri tahun 2017 dan 2019. Saya sendiri pernah meminjam perangkat Macbook Pro 2017 teman untuk beberapa lama. Saya merasa akward pada saat mengetik dengan menggunakan Keyboard karena sangat sulit untuk membedakan apakah huruf sudah terketik atau tidak. Pasalnya motion papan ketiknya sangat lembut dan nyaris tidak terasa.
Papan keyborad tersebut sempat jadi kontroversi dan banyak pihak yang menganggap Apple melakukan blunder besar dengan papan ketik tersebut. Setelah itu, Apple mengganti papan ketik mereka dengan tipe Magic Keyboard. Kalau diminta pendapat sih, Keyborad lumayan nyaman dengan tipikal Tracking pad yang terasa nyata. Setiap ketukan terasa dan membuat PD pada saat mengetik.
Retina Display yang Ciamik
Sebenarnya saya sih saya mau menjelaskan aspek tehnis dari sisi layar sepertu Resolusi Layar yang sampai 2560 x 1600 x dengan kedalama warna P3 yang konon jumlah warnanya lebih 25% lebih banyak dibandingkan dengan sRGB, tapi apakah itu penting?
Kalau menurut kalian penting, sebaiknya kunjungi situs resmi Apple seperti iBox. Disana ada informasi penting mengenai spesifikasi fisis dari Perangkat yang melekat pada M1.
Saya cuman mencoba memebrikan Review dari sisi pengalaman menggunakan Laptop M1.
Meskipun baru satu minggu dari sisi layar sih saya merasa sangat puas dengan produk Apple yang satu ini. Cahaya yang dikeluarkan sangat lembut sampai membuat mata saya merasa nyaman bekerja sampai 10 jam di depan Laptop dengan waktu isntrihata yang pendek.
Jangan tanya berapa minus dari mata saya, karena keseringan berlama-lama di depan Laptop. Tapi dengan M1 ini saya merasa lebih nyaman bekerja berlama-lama ria di depan Laptop.
Ada satu fitur yang saya belum konfirmasi, apakah fitu ini memang ada atau tidak di Macbook, tapi saya merasa jika layar dari M1 ini dinamis dimana tone colornya akan berubah sesuai dengan keadaan sekitar. Saya merasa kadang tone colornya kuning tai beberapa saat berubah lagi jadi biru. Perubahannya itu tergantung dari kondisi cahaya di sekitar saya.
Tapi ini belum saya konfirmasi dan lagi malas baca sih apakah memang ada atau tidak. Soalnya informasi seputar M1 di internet itu kebanyakan hanya re-Write saja dari situs luar. bahkan situs berita raksasa pun melakukan hal yang sama, jadinya kesel juga waktu cari-cari seputar Review Macbook M1.
Baterai dan Kinerja
Nah ininih satu hal yang satu ini saya sangat senang dari M1, dingah kesibukan saya menggunakan Laptop untuk Blogging, M1 ini memiliki kemampuan yang super handal dalam energy. Pasalnya sayang menggunakan Laptop ini hampir setiap hari selama sepekan dengan waktu penggunaan rata-rata 10 jam sehari.
Hasilnya Cirlce countnya masih 3 kali, Yup saya baru nge charge Laptop ini sebanyak tiga kali dengan penggunaan sekitar 50 jam.
Sebagai bahan perbandingan, saya menggunakan sambil online dengan browser Chrome, membuka WordPress, mengetik, mendengarkan lagu melalui Youtube dan menggunakan Magic Mouse 2. Cukup hemat bukan?
Masalah kinerja, jangan salah. Saya belum merasakan kendala sama sekali dengan M1 ini dari sisi kinerja prosesor. Belum lagi Body macboonya benar-benar dingin saat dipakai. Tidak terdengar bunyi kipas dan jauh banget deh dari kata “Over Heat”.
Memang sih belum digunakan buat Render file berat dan saya edit fotonya masih menggunakan aplikasi editor foto online, Photopea.
Penyesalan pertama
Tak ada gading yang tak retak dan tak ada prodak yang sempurna, Apalagi kalau produknya masih baru seperti M1. Sebagaimana masalah pada Gadget baru pada umumnya. Lingkungan yang baik masih kurang mendukung Macbook Pro M1, terutama dari sisi Software.
Sebut saja Softwa-software flamboyan buat kerja seperti Microsoft Office belum didukung perangkat ini alias M1 tidak bisa menjalankan program kantoran ini. Alasannya adalah Biner Logic dari prosesor M1 itu sangat berbeda dengan Intel.
Dan sebagaimana yang kita ketahui bersama jika semua produk Macbook sebelumnya selalu dibenamkan dengan Proccessor milik Intel, jadi wajar dong kalau Lingkungan sangat mendukung. Hampir semua developer Software dengan senang hati mengembangkan produk untuk MacOS instead of Windows OS.
Sebagai pendatang baru, M1 ini sepertinya masih kurang didukung oleh lingkungan yang sehat. Pasalnya Software sekelas Microsoft Office saja belum bisa dijalankan secara Native di perangkat ini.
Salah satu solusi yang ditawarkan Appel adalah menginstall Rosetta sebuah Applikasi yang mentranslate Software yang dikembangkan agar bisa berlajan dengan Processor Apple Silicon alias M1. Tapi jadinya mereka tidak berjalan secara Native jadi wajar saja jika terkadang kita temukan beberapa Bug dan Crash padahal tidak digunakan untuk kerja berat.
Photoshop oh Photoshop
Salah satu software andalan saya saat bekerja adalah Software-software keluaran Adobe seperti Photoshop dan Adobe Ilustrator. Nah ini bencana bagi saya pada saat mau menginstall Photoshop. Ternyata sampai hari ini Photoshop belum bisa berjalan Native di M1.
Setelah cek situs dari Photoshop, ternyata Photoshop baru menyediakan Versi Beta untuk M1, hal ini berbeda dengan software-software sederhana yang bisa dengan cepat di trasnlate dan dikembangkan for M1, seperti Google Chrome for M1.
Hanya saja yang melegakan setelah mengunjungi Adobe, mereka sedang bekerja keras menyiapkan Photoshop bisa berjalan Native di M1.
Do’a saya sih semoga versinya masih sama dengan yang ada di Intel, biar gak pelru beli lisensi lagi. Kalau beda, jangan-jangan kita harus bayar lisensi baru lagi untuk menggunakan Photoshop.