Matamu.Net – Fotografi sangat erat kaitannya dengan aplikasi dan praktek dari teori-teori seni yang digabungkan dengan ilmu sains. Objek yang ada di fotografi diatur sedemikian rupa dalam ruang dimensi agar menciptakan foto dengan komposisi yang harmonis berdasarkan pandangan seni.
Dalam dunia fotografi modern, Gambar diambil dengan cara merekam jejak cahaya yang merupakan gelombang elektromagtik dari spektrum tampak melalui sebuah sensor cahaya elektronik. Prinsip kerja ini ditemukan setelah Albert Einstein mempublikasikan hasil penelitiannya yang berjudul efek fotolistrik.
Fotografi di masa lampau, juga melibatkan sains dalam proses perekamannya yakni memanfatkan bahan kimia. Bahan kimia yang sensitif terhadap efek kromatography seperti Clorin, Aluminium Oksida dan sejenisnya banyak dimanfaatkan sebagai alat perekam gambar. Bahan kimia tersebut dibuat dalam lapisan tipis yang disebut film atau secara luar dikenal sebagai Klise foto.
Fotografi berhubungan dengan banyak lapangan kerja seperti ilmu sains, seni, bisnis, industri perfilman, periklanan, hoby, komunikasi massa dan tujuan life style seperti sosial media dan industri wisata.
Daftar Isi
A. Etimology Fotografi
Secara Etimology, Fotografi diambil dari bahasa Yunani yakni φωτός yakni photo, merupakan turunan dari kata φῶς atau cahaya, lalu γραφή yang bermakna garis atau grafik yang secara meluas dapat diartikan sebagai gambar, jadi fotografi dapat diartikan sebagai proses menggambar dengan cahaya yang dilakukan melalui metode perekaman.
Menurut catatan sejarah, istilah fotografi sudah sejak lama dikenal hanya saja memiliki banyak deversi makna. Diversi makan ini muncul karena perkembangan dunia fotografi itu sendiri, namun secara ekslisit pertama kali disebutkan pada tahun 1834 oleh seorang seniman yang berasal dari Brzail, Hercule Floranco. Hanya saja istilah yang diperkenalkan oleh Herculer tidak begitu populer.
Barulah pada tanggal 25 Februari 1839, Surat kabar Vossische Zeitung menerbitkan karya dari John Hercel tentang alat perekam cahaya dari kertas. John sendiri adalh seorang astronomo yang menyukai fenomena langit dan merekammnya dengan zat kimia yang sensitif dengan cahaya. Surat kabar Vossische Zeitung edisi Feberuari 1839, banyak memuat artikel mengenai Astronom, sains dan juga fotografe dan menjadi tonggak berdirinya Fotografi modern.
B. Sejarah Fotografi
Menurutt catatan sejarah, penemuan tentang perekaman gambar nyata oleh manusia dengan bantuan alat optik sudah dilakukan sejak abad ke 5 sebelum masehi. Kendatipun alat dan metode yang digunakan sangat sederhana, namun penemuan para filsuf Yunani tersebut menjadi tonggak fotografi modern.
1. Camera Obscura
Kamera Obscura merupakan penanda penting dalam dunia seni gambar yang lemibatkan fotografi, dan menjadi penandan dengan dunia seni rupa lainnya. Kamera Obscura dapat diartikan sebagai ruang gelap yang digunakan dalam merekam atau mengamati pemandangan dari luar dalam bidang dua dimensi.
Sistem Kamera Obscura pertama kali diperkenalkan oleh Euclid, seorang matematikawan asal Alexandria, Mesir sekitar 4 Abad sebelum masehi. Karyanya dibidang Geometri dan Optik mengantar Euclid meracang mekanisme proyeksi gambar menggunakan Cermin dan Lensa dan menjadi bentuk pertama dari Obscura.
Hanya tidak ada catatan sejarah yang jelas tentang penemuannya, hanya sumbangsihnya di bidang matematika menyelesaikan banyak masalah sains modern melalui persamaan diferensial biasa metode Euclid.
Penemuan Euclid ini kemudian dikembangkan oleh Filsuf Yunani, Aristoteles. Aristoles tidak hanya merancang kamera Obscura melalui prinisip Geometri tapi juga melakukan banyak percobaan dengan Kamera Obscura.
Obscura |
Salah satu penemuannya adalah membuat sebuah lubang dalam ruang gelap yang sangat kecil ternyata lubang tersebut dapat meneruskan cahaya masuk ke dalam hanya saja dalam keadaan terbalik. Ukuran dari gambar yang direkam lebih kecil jika dekat dengan lubang dan akan lebih besar layar digeser menjauhi lubang.
Gambar yang dihasilkan oleh Aristoteles pada percobaannya tentu saja tidak lah jelas atau tidak fokus namun ia gagal menemukan penyebab gambar yang ia buat tidak jelas. Fisikawan Arab, Ibnu Haytham (965-1040) mampu menemukan masalah yang ditemukan oleh Aristoteles.
Ibnu Haytham menemukan bahwa semakin kecil ukuran lubang yang dibuat maka semakin jelas juga gambar yang dihasilkan hanya saja, tingkat kecerahan berkurang. Ibnu Haytham kemudian membuat lubang jarung di dinding dalam ruang gelap dan dikenal sebagai kamera pin hole pertama, namun karena keterbatasan sains pada masa itu, proses perekaman masih menggunakan gambar tangan manual atau menjimplak.
Ibnu Haytham tidak hanya mengembangkan kamera Obscura Tipe Pin Hole untuk keperluan seni semata, tapi juga untuk keperluan sains. Fisikawan Arab ini kemudian menghitung aspek-aspek geometri dari kamera yang ia buat. Hasilnya penemuan ini menjadi dasar yang sangat berguan untuk pengembangan kamera modern pada abad ke 19.
Leonardo Da Vinci, salah satu seniman terbesar abad 15 juga menyebutkan pengertian dari kamera Obscura secara alami dapat dilihat pada sebuah gua yang panjang dan gelap. Secara Literal, sebuah Lubang pada ujung gua akan berfungsi sebagai Pin Hole dna kita bisa menangkap bayangan dari lubang tersebut secara terbalik.
Hanya saja, Pelukis Senyuman Monalisa tidak pernah benar-benar membuat Kamera Obscura buatannya namun dia lebih tertarik dengan kamera yang dibuat oleh Ibnu Haytam.
Sebagai seorang seniman paling fenomenal hingga saat ini, Leonardo Da Vinci juga ikut mengembangkan Kamera Obscura. Hanya saja Leonardo menggunakan gua sebagai ruang hitam (Obscura) dengan mulut gua yang berhadapan dengan sinar matahari.
Sebuah lubang kemudian dibuat pada dinding gua yang berlaku sebagai pinhole yang akan memproyeksikan objek dalam bentuk gambar secara terbalik di selembar kertas di bagian ruang gelap.
Mekanisme Pin Hole ini kemudian digunakan secara luas sebagai media bantu untuk menggambar berbagai objek dengan ukuran yang lebih kecil termasuk gambar para raja-raja, namun karena ilmu sains belum begitu berkembang kala itu, maka proses perekaman gambar masih dilakukan secara manual dengan tangan.
2. Lahirnya Fotografi
Lahirnya Fotografi modern, yakni dunai Foto yang tidak lagi melibatkan lukisan tangan manual, diinisasi oleh penemuan Albertus Magnus (1193-1280) yang menemukan bahwa senyawa Siler Nitrat sangat sensitif dengan cahaya.
Senyawa ini akan menjadi gelap jika terkspes dengan cahaya. Georg Fabricius (1516-1571) kemudian menemukan senyawa yang jauh lebih sensitif terhadap respon cahaya yang dikenal dengan nama Silver Chloride, dimana area yang terkenal cahaya akan jauh lebih cepat menghitam dibandingkan dengan Silver Nitrat.
Prinsip-prinsip penggelapan bahan kimia ini kemudian dijadikan dasar pengembangan Klise atau negatif film karena daerah yang terkena cahaya akan lebih gelap dibandingkan dengan daerah yang tidak terkena cahaya. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang dilihat oleh mata, oleh karena itu sistematika perekaman ini disebut “Negatif” atau lebih dikenal secara luas sebagai Negatif Film.
3. Negatif Film
Klise atai Film merupakan alat perekaman gambar yang menggunakan prinsip kromatografi atau prinsip perekaman gambar berdasarkan respon cahaya. Perkembangan dunia fotografi modern dengan sensor digital tidak lepas dari pengembangan film meskipun keduanya dibangun atas prinsip yang berbeda.
Hurter dan Driffield merupakan tokoh awal yang mengembangkan film sensistif cahaya dari emulsi pada tahun 1876. Hasilnya, mereka menemukan sistem pengukuran sensitifitas cahaya dalam satuan kecepatan cahaya.
Neagtif Film |
Penemuan ini kemudian dikembangkan oleh perusahaan kamera yang dipimpin oleh George Eastman, Kodak. Perusahaan ini menjadi perusahaan pertama yang menjual rool film secara komersial. Hanya saja rool film dari nitrocellulose ini sangatlah mudah terbakar (Flameable).
Tahun 1889, bahan Nitrocellulose kemudian diganti dengan Cellulose Acetate bahan yang lebih aman yang lagi-lagi dikembangkan oleh Kodak. Film jenis bertahan sampai 50 tahun kemudian dan sudah banyak digunakan secara meluas untuk ukuran sensor 8 mm dan 16 mm. Roll Film Nitrat kemudian jadi standar pembuatan video dengan ukuran 35 mm, namun akhirnya dihentikan tahun 1951.
Hasil Pemotretan Model dengan Negatif Film |
4. Sensor Kamera Elektrik
Penemuan Albert Eisntein tentang karakteristik cahaya yang bisa bersidat sebagai gelombang dan bersifat sebagai partikel menjadi pengantar kemunculan teknologi kamera bersensor digital. Einstein menemnukan bahwa setiap panjang gelombang cahaya yang menunjukkan warna mereka masing-masing akan menyebabkan plat logam Wolfram melepaskan elektron.
Penemuan ini kemudian dikonversi menjadi pengganti sensor Kimia di roll film karena dianggap tidak efektif dan mahal, tahun 1755. Steve Sasson membuat kamera dengan sensor digital pertama dengan ukuran 100 x 100 px atau 0,01 Mega Pixel.
Sensor Sony Alfa 7 |
Kamera ini memiliki sensitivitas cahaya yang sangat tinggi dizamannya yakni 50 millidetik atau 1/50 s, namun teknologi microcip pada tahun tersebut tidaklah cukup canggih sehigga gambar tersebut baru bisa terekam setelah dirender selama 23 detik.
Saat ini pengembangakan kamera digital dengan sensor yang sangat cepat dan juag prosessor yang sangat cepat mampu merekam gambar berukuran 20,1 Megapixel dengan kecepatan 1/8000 sekon, itupun bisa digunakan untuk merekam gambar sebanyak 24 fps untuk foto, sedangakn untuk Video 60 fps untuk Kamera Canon 1DX mark III.
B. Camera
Dalam dunia fotografi, Kamera merupakan satu-satunya alat yang bisa digunakan untuk menangkap cahaya dna diproses menjadi gambar atau foto. Alat perekamannya sangat banyak namun di era modern ini hanya ada dua jenis yang digunakan secara melaus yakni Negatif film dan Digital Sensor.
Kendati demikian ada beberapa jenis kamera dan sensor lain yang digunakna untuk merekam gambar seperti pada teleskop huble yang memanfaat gelombang radio sebagai stimulus yang kemudian dikonvert menjadi gambar dua dimensi, seperti pada proses penangkapan gambar Black Hole yang sama sekali tidak mengeluarkan cahaya tampak yang ditangkap oleh snsor kamera biasa.
Fotografer memegan peranan penting untuk mengekspose cahaya yang akan direkam. Hal ini bergantung dengan jumlah cahaya yang akan direkam baik untuk “latent image” pada film maupun File RAW pada kamera digital.
Pada teknik pemotretan menggunakan kamera analog, hasil image yang ditangkap oleh negatif film akan di develop untuk menghasilkan gambar yang sesuai dengan warna yang dilihat oleh mata, sedangkan pada kamera digital File RAK akan dikonvert oleh Prosesor kamera menjadi gambar bertipe umum seperti JPEG atau JPG.
1. Ukuran Sensor Kamera
Kamera Analog pada umumnya memiliki ukuran sensor yang seragam yakni 35 mm, sesuai dengan kotak yang telah disediakan pada ruang hitam, namun tidak mesti 35 mm, ada sensor yang memiliki ukuran lebih besar seperti medium format dan large format, namun seiring dengan perkembangan dunia digital, Ukuran standar dari sensor kamera yang dikembangkan mengambil acuan sensor 35 mm sebagai patokan.
Sensor kamera dengan ukuran 35 mm atau 36 mm selanjutnya disebut sebagai Kamera Full Frame dimana hampir semua standar pengembangan lensa premium mengambil patokan ukuran full frame, selanjutnya ukuran sensor yang lebih kecil dari 35 mm disebut sebagai Crop Faktor.
Perbandingan Ukuran Sensor Kamera |
Adapun ukuran-ukuran Sensor Kamera umum sebagai berikut
- Medium Format – 44 mm x 33 mm, contoh kamera : Hasselblad X1D
- Full frame – 36 mm x 24 mm, contoh kamera : Canon 1D Mark III
- APS-H – 27,9 mm x 18,6 mm, contoh kamera : Nikon 7 D
- APS-C – 23,6 mm x 15,8 mm, contoh kamera : Canon 70 D Mark II
- 4/3 – 17,3 mm x 13 mm, contoh kamera : Nikon Coolpix
- 1/3 – 4,54 mm x 3,42 mm, contoh kamera : Hampir seluruh kamera ponsel Android dan IOS
Selain ukuran tersebut masih banyak ukuran sensor kamera lain namun pada umumnya hanya dikategorikan ke 4 jenis, yakni Large Format, Medium Format, Full Frame dan Crop Faktor.
Ukuran sensor tidak berpengaruh siginifikan terhadap ukuran PX dari sebuah kamera, hal ini tergantung dari mekanisme perekaman yang digunakan untuk menghasilkan gambar digital.
misalnya Canon 5 D Mark I dengan ukuran sensor Full Frame hanya mampu menghasilkan gambar sebesar 6 Mega Pixel, sedangkan Sony Alfa 3000 dengan ukuran Crop Faktor APS-C mampu menghasilkan gambar dengan ukuran 20,1 Mega Pixel.
C. Tipe dan Jenis Fotografi
Tipe dan jenis Fotografi merupakan penggolngan hasil pemotretan atau kecenderungan seorang fotografer dalam menghasilkan karya, namun hal ini tidak mengikat bahwa seorang fotografer hanya boleh memilih satu aliran saja.
Berdasarkan kategori umum, Tipe dan aliran fotografi dibedakan menjadi beberapa bagian seperti berikut ini.
1. Fotografi Amatir
Fotografer amatir adalah fotografer yang tidak memiliki tujuan komersila dan spesialisasi saat menjadi fotografer, hal ini bisa dilakukan karena sang fotografer tidak serius menjalani dunia fotografi dan hanya menjadikan hobi semata.
Hanya saja, kata amatir tidak merujuk pada kualitas foto yang dihasilkan, karena beberapa karya dari fotografer amatir mungkin saja bisa disandingkan dengan karya fotografer profesional atau bahkan lebih bagus. Kata ini hanya merujuk pada ketidak seriusan fotografer dalam mengelola karya yang ia buat.
Dua Perempaun Bercengkaram di Taman |
2. Fotografi Komersial
Fotografi komersial adalah keperluan mengambil gambar dengan tujuan komersil. Seperti membayar fotografer untuk membuat sebuah foto langsung bernilai ekonomi. Pada umumnya fotografi Komersial diidentik untuk keperluan iklan atau Advertising Fotografi.
Advertising fotografi sendiri menyediakan materi mengenai iklan dari sebuah produk baik. Merujuk kara Advertising dan Komersial Fotografi, hampir semua genre fotografi bisa dimasukkan dalam seperti Fotografi Landscape, Fotografi Food & Baverage, Fotografi Fashion, Fotografi Beauty dan lain-lain, selama tujuan utama mengambil gambar memiliki latar belakang komersial.
Komersial fotografi biasanya akan memasukkan unsur dramatik dalam foto diaman foto tersebut akan dibuat melebih-lebihkan dan cenderung tidak menampilkan objek secara utuh. Tujuannya utama menarik perhatian orang akan produk yang sedang difoto.
Misalnya dalam fotografi makanan, saat memotret Ice Cream agar menarik perhatian dan warna yang dihasilkan cerah, maka Ice Cream dicampur dengan bahan Textile padahal pada produk Aslinya tidak. Lagi-lagi tujuannya hanya untuk menarik perhatian
Foto Komersial Produk Olahraga |
3. Editorial Board
Editorial Board Photography merupakan aliran fotografi yang memiliki peran semi komersial, karena foto mereka tetap dilakukan dengan tujuan ekonomi untuk di fotografer, hanya saja dalam editoral Board Fotografi, materi foto yang disampaikan apa adanya.
Kebanyakan foto-foto Editorial Board akan digunakan untuk tujuan Jurnalistik adatau Review Produk yang lebih blak-blakan dan menghidnari unsur advertising. Jika memang produk tersebut layak, maka hasilnya review bakalan bagus dan dan bernilai adversiting, namun jika tidak maka hal sebaliknya yang terjadi.
Editorial Board Foto juga bisa meliputi jenis-jenis foto yang sama dengan Comercial fotografi seperti Fotografi Landscape, Fotografi Food & Baverage, Fotografi Fashion, Fotografi Beauty dan lain-lain. Namun prinsip yang tidakboleh hilang dalam editorial Board adalah sisi kejujuran foto-nya.
Foto Insiden Tianemen Square 1989 |
4. Forensik
Fotografi Forensik adalah tipe fotografi dengan tujuan mengunpkan motif dan penyebab dari suatu tragedi atau kejadian. Foto akan dimabil sangat detail scene demi scene untuk mengabadikan tempat kejadian yang kondisinya mungkin saja akan hilang karena berbagai faktor.
Fotografi Forensik banyak dimanfaatkan oleh Polisi untuk mengungkap kasus seperti pembunuhan, kecelakaan, pencurian dan kasus kriminal lainnya. Tujuannya tentu saja dijadikan sebagai alat bukti dalam persidangan.