Matamu.NET – Secara sederhana, Bitcoin dapat diartikan sebagai sebuah instrumen pembayaran yang digunakan untuk bertransaksi melalui dunia Digital lebih mudahnya disebut mata uang elektronik. Layaknya uang, Bitcoin memiliki nilai yang dapat disetarakan dengan mata uang nyata. Misalnya saja pe 3 mei 2012, 1 Bitcoin itu setara dengan 838 juta rupiah.
Sekalipun sama-sama memiliki nilai, Mata uang elektronik ini berbeda dengan uang elektronik. Uang Elektronik adalah jenis uang yang nilainya dijamin oleh suatu lembaga besar yang disebut bank sentral sehingga mata uangnya masih sama dengan fisiknya seperti Rupiah, Dollar, Euro dan seterusnya sedangkan Bitcoin tidak memiliki penjamin.
Daftar Isi
A. Pengertian Bitcoin
Bitcoin adalah mata uang elektronik yang diciptakan oleh seorang bernama Satoshi Nakamoto. Bitcoin ingin memwujudkan transakasi online yang tidak melibatkan pihak Bank yang memakan banyak biaya administrasi dan nilainya tergantung dari jaminan yang ada di Bank Sentral yang menerbitkan mata uang tersebut. Hal ini tentu saja akan menimbulkan kesenjangan dalam transaksi yang terjadi antara mata uang terutama untuk mata uang yang dikeluarkan oleh bank sentral dengan nilai jaminan yang rendah.
Bitcoin menggunakan sistem transaksi peer to peer (p2p) dimana dua orang akan bertransaksi tanpa ada campur tangan administrator tunggal atau sistem bank Sentral. Nilai dari Bitcoin tergantung dari popularitas dari Bitcoin itu sendiri dengan indikator berupa besarnya database dalam bentuk node-node di jaringan p2p ke jurnal transaksi. Dengan demikian pemilik dan penentu nilai tukar Bitcoin adalah semua penguna Bitcoin, bukan segelintir orang yang memiliki model atau pemegang bank sentral semata.
1. Cara Kerja Bitcoin
Bitcoin disimpan dalam aplikasi yang disebut Wallet yang membutuhkan data diri anda seperti nama dan alamat. Wallet akan terhubungan ke database yang tersimpan dalam bentuk Node-node yang tersimpan di seluruh pengguna Bitcoin. Transaksi yang valid akan terjadi jika terverifikasi oleh sistem ini. Hal ini menunjukkan Sistem Bitcoin terdesentralisasi dan berbeda dengan uang tradisional dimana transakasi valid tercatat pada satu database bank saja.
Teknik verifikasi dan pinyimpinan data base akan semakin valid jika penggunanya semakin banyak dan akan membentuk banyak node-node database yang selanjutnya disebut sebagai Blockchain. Tugas dari Blockchain adalah mencatat dan menverifikasi setiap transakasi yang terjadi pada wallet Bitcoin kemudian informasi diolah untuk menunjukkan saldo yang bisa ditransaksikan oleh akun pemilih wallet. Semakin akurat Blockchain mencatat transaksi yang terjadi maka semakin stabil bula sistem Bitcoin yang terbangun.
Peran Penambangan Bitcoin ini adalah mencegah akun-akun melakukan trasanksi dengan block-block baru yang mereka buat sendiri. Sistem ini akan berdampak pada keamaan Bitcoin.
2. Double Spending
Misalkan sebuah Wallet memiliki 1 BTC dan mencoba mengirim 1 BTC ke Wallet B dan Wallet C pada saat yang bersamaan. Proses transaksi ini akan dicatat oleh para Miner dan dikonfirmasi berdasarkan sistem Timestamp. Transaksi yang pertama berhasil akan dicatat Valid sedangkan transaksi ke dua dicatat sebagai Double Spending sehingga transaksi ke dua akan dibatalkan.
Para Miner yang mengkongfirmasi pembayaran baik Valid atau Tidak Valid ini akan mendapatkan komisi dari jaringan Bitcoin, peran ini selanjutnya disebut Operator. Komisi ini yang akan membuat jumlah Bitcoin yang beredar dipasaran semakin besar.
Pada proses transfer Bitcoin, Jaringan secara otomatis akan menghitung biaya transfer yang diperlukan dan selanjutnya biaya ini dikirim ke Operator yang berhasil mengkonfirmasi pembayaran. User yang melakukan transfer juga bisa memberikan bonus transfer kepada miner untuk mempercepat proses konfirmasi.
Komisi jasa operator transaksi inilah yang banyak dikejar oleh orang awam dan membuat pertubuhan Miner Bitcoin semakin besar.
3. Tidak Memiliki Nilai Tukar
Ketika kita memiliki selembar uang 100.000 rupiah itu berbarti kita memiliki harta yang nilanya setara oleh jaminan yang ada di bank Sentral di Indonesia. Nilai ini yang bisa ditukar dengan barang atau jasa yang setara dengan nilai uang 100.000 rupiah. Demikian pula dengan Saham yang kita pegang nilanya tergantung dari Oblogasi dan komoditi yang terikat dengan dengan perusahaan tempat sahat tersebut melekat. Berbeda dengan Bitcoin, Mata uang ini tidak memiliki nilai tukar yang jelas.
Nilai tukar bitcoin tergantung dari seberapa banyak yang ingin menggunakan Bitcoin karena sifat desentralisasi tadi, semakin banyak penggunanya maka semakin besar nilanya sebaliknya jika penggunanya sudah tidak ada maka nilai Bitcoin bisa saja menjadi nol. Dengan kata lain, fluktuasi nilai dari Bitcoin seratus persen bergantung dengan jumlah permintaan, jika turun maka uang anda bisa menjadi 0 sama sekali.
B. Pembuatan Bitcoin
Satoshi Nakamoto membuat bitcoin dengan algortima pembalikan matematika yang disebut Reversing / brute-forcing SHA-256.
Mudahnya seperti ini, mari kita umpakan akan 20.000 berasal dari penjumlahan 13.219 + 6.881 = 20.000. Satoshi kemudian memberikan angka 15.000 kepada seluruh jaringan bitcoin setiap 10 menit sekali dan para Miner harus menebak kedua angka yang aktif dalam menciptkan angka 20.000 tersebut.
Tentu saja angka yang dimaksud tidak sesederhana di atas tapi terdiri ribuan sampai jutaan kemungkinan terganting dari seberapa detil informasi dan data transaksi yang terjadi. Miner harus membuat Algoritma yang melakukan Bruce Force atau tebakan otomatis yang sangat cepat. Setiap tebakan akan terdaftar oleh sistem sehingga tidak ada tebakan yang akan sama didaftarkan.
Apabila miner berhasil menemukan kombinasi tersebut maka mereka akan mendapatkan bonus berupa 1 Block Bitcoin. Pada tahun 2015 setiap 1 Block Bitcoin berisi 25 BTC dan jumlah bonus ini dirancang akan menyusun setengah setiap 4 tahun dengan demikin jumlah Bitcoin yang bisa tercipta hanya 21 juta Bitcoin pada tahun 2140. Jumlah ini tidak begitu banyak untuk melayanai semua transaksi Bitcoin dengan popularitas saat ini hal ini membuat demand terhadap bitcoin semakin meningkat dan nilai tukarnya semakin naik.
Sistem Reverse 256 ini juga akan mengontrol jumlah Bitcoin di pasaran dan mencegah Oversuply dari Bitcoin yang ada di lapangan.